Kandidat: Dijauhkan Saat Niat, Dibahagiakan Surat Tugas, Disakiti Rekomendasi

5 minutes reading
Wednesday, 31 Jul 2024 00:07 0 1377 Anshar Aminullah
 

Ketika Barack Obama untuk kali pertama akan mencalonkan diri menjadi salah satu kandidat Presiden Amerika Serikat di tahun 2008. Dia menyampaikan pidato yang begitu menginspirasi dan sangat menggugah harapan banyak orang saat itu.

Salah satu penggalan kalimat dari pidato yang akan selalu dikenang oleh pendukungnya:

In the face of despair, you believe there can be hope. In the face of politics that shut you out, that’s told you to settle, that’s divided us for too long, you believe we can be one people, reaching for what’s possible, building that more perfect union.

Kalimat ini merepresentasikan pesan inti dari kampanye Obama yang lebih berfokus bahwa selalu ada harapan dalam keputusasaan, tetap tenang sekuat apapun cobaan dalam politik, menuju ke arah perubahan positif, dan tetap dalam persatuan.

Spirit utama dalam kalimat pidato ini jika dijadikan sebagai bahan siraman kalbu bagi para kandidat dari level Gubernur hingga Bupati/ Walikota, rasa-rasanya kalimat terdekat sebagai respon balik dari para nitizen kita adalah :
“enak mako itu kau ka ngomongji, tidak nurasanya jie itu susahnya melobbi parpol”.

Wajar, faktanya nyaris di seluruh negeri ini, tensi tinggi dalam memperebutkan sebatas surat tugas dari Parpol untuk dipakai sosialisasi pra berkompetisi saja, ini sudah cukup menyerap emosi dan energi bagi para kandidat alias bacalon.

Sementara saat ini, Integrasi dalam sistem kepartaian kita, masih bercorak kompetisi, dan telah mendorong munculnya karakter catch all yang pragmatis pada partai politik tertentu. Hal ini terungkap dari hasil riset dari Institute for Research and Empowerment (IRE) di tahun 2016.

lebih lanjut dalam temuan riset ini bahwa ada situasi yang menunjukkan perilaku berjarak dengan konstituen dan parpol hanya merasa penting dan mendekat saat masa pemilu saja. Dan hal Ini juga berefek hadirnya beberapa parpol yang cenderung pragmatis.

Partai politik hanya menempatkan para konstituen sebagai pelaku pasif dalam pengembangan demokrasi di Indonesia, sehingga mereka dianggap tidak begitu penting untuk dikenali lebih mendalam (IRE, 2016)

Dan tambahan kondisi tak bersahabat dari temuan riset lain, yakni hasil penilaian pesimistik terhadap masa depan demokrasi. Studi dari Robison dan Hadiz yang secara lugas mengirimkan sinyal ancaman bagi kegagalan demokrasi di suatu wilayah.

Mereka mengingatkan kemunculan elit predatorial dari kekuatan lama (bisa jadi termasuk petahana). Dimana kekuatan lama ini berubah menjadi oligarki dengan cara melakukan reorganisasi kekuasaan menggunakan partai politik untuk merebut kembali panggung politik.

Mereka memonopoli parpol pemilik kursi dengan kekuatan finansial serta privilege jabatan yang sedang disandang dan menjadi aktor utama dalam drama non Korea ini.

Surat Tugas Mendahului Rekomendasi

Beberapa parpol mengeluarkan Surat Tugas yang formatnya hanya berlaku di internal, belum dengan format rekomendasi resmi dan standar dari KPU dengan tulisan tebal “B.Pencalonan.Parpol.KWK”. Selembar surat sakti dan konon sangat mahal, yang kira-kira untuk orang selevel saya mungkin harus ‘jual ginjal’ untuk mendapatkannya.

Padahal harapan besar kita, pada sisi ideal dan seyogyanya, para kandidat pendaftar mampu menunjukkan model representasi yang tengah ditawarkan oleh partai politik secara ideal, misalnya melalui kriteria yang memuat faktor sosiologis (etnis, agama, tempat tinggal, jenis kelamin), faktor kompetensi dan kredibilitas, faktor organisatoris dan ideologis. Bukan karena faktor no limit angka nol dalam sebuah rekening.

Kualitas SDM yang mumpuni dan loyalitas dari kader murni sebuah parpol, acapkali bertepuk sebelah tangan. Mereka terlempar dari peluang menjadi kandidat, oleh karena karena mereka hanya memiliki kualitas pada VISI-MISI namun kurang bisa memenuhi ‘GIZI’ pemegang stempel. Kader tulen 24 karat ini hanya kuat di program ideal bagi rakyat berbentuk poin-poin, namun kalah kuat pada aspek koin-koin.

Bahkan kandidat dengan reputasi hebat dan pengalaman di level eksekutif maupun legislatif yang lebih dari cukup, plus raihan prestasi dan berbagai penghargaan di tingkat nasional, bahkan internasional, belum mampu membuat partai jatuh hati untuk melamarnya dan berjuang bersama di pilkada nanti.

Nurani dan Moralitas diatas Strategi

Para bacalon ini adalah putra-putri terbaik bangsa, harapan dari tak sedikit orang bernama rakyat untuk ikut berkompetisi di pilkada serentak nanti. Mereka mungkin tak sehebat Obama, dan kekuatan finansial merekapun untuk berkompetisi di Pilkada tentu tak sebanyak yang dimiliki presiden USA dua periode ini. Namun percayalah, mereka selama ini telah mengabdikan diri bagi bangsa dan negara dalam berbagai bidang pada segmen berbeda.

Sehingga siapapun yang merasa mampu mengkapitalisasi dukungan parpol besar, mari gunakan nurani dan moralitas diatas strategi calon tunggal, berikanlah mereka kesempatan bertarung secara elegan. Kita dibesarkan di nusantara pada tanah para pejuang sejati. Para petarung dan ksatria yang bukan hanya berani untuk menang, bahkan kalah pun harus dengan cara yang terhormat.

Kekuasaan hanya sementara, namun ada dua hal penting yang harus kita lindungi bersama pada sesama anak bangsa. Pertama, jangan mematikan hak orang dengan mencoba membangun kekuasaan personal sendirian. Dunia ini bukan tempat membangun, dunia ini adalah tempat mengumpulkan bahan bangunan, karena bangunan kita kelak sesungguhnya adalah Syurga. (Jamaah…. Ooo Jamaah).

Kedua, jangan hina dan lecehkan orang dengan menutup peluangnya memenuhi panggilan nurani dan harapan dari ribuan orang-orang yang selalu mendukung dan mendoakannya. Sebab itu adalah perilaku aniaya. Bukankah QS. Al-An’am: 21 adalah sebaik-baiknya pelajaran!

Selebihnya perbanyak istighfar dan mari sejenak menikmati “Lama Di Rindu” milik Mario G Klau.

Artikel ini juga telah tayang lebih awal di media :

https://makassar.tribunnews.com/2024/07/30/kandidat-dijauhkan-saat-niat-dibahagiakan-surat-tugas-disakiti-rekomendasi

(Video Highlight Tema Kandidat)