Di suatu siang jelang Dhuhur, mendadak dihubungi oleh salah seorang teman musisi di Persatuan Gitaris Makassar (PeGM), namanya Alvin, gitaris handal asal Makassar yang alhamdulillah menjadi saudara seiman setelah memutuskan muallaf jelang menikah dengan pujaan hatinya beberapa tahun silam. Dia meminta tanggapan saya perihal disiplin ilmu dan pengalaman minim saya soal musik.
Dengan bermodal pengetahuan pas-pasan, hanya pernah mendirect beberapa band Indie asal Makassar dan sempat belajar sepintas mengenai bermusik dan arransement, itupun mirip-mirip kursus singkat tak resmi selama bertahun-tahun berteman dengan beberapa musisi senior asal Makassar. Dan saya pun mengomentari lagu kolaborasi 2 musisi dan 1 eks gitaris Betrayer sekaligus pendakwah ini.
(Highlight Video klip lagu 271 T dari Akun IG @cakrabarani)
Kolaborasi Mas Derry Sulaiman, Robby Kurnia (Mbe) dan Cakra Barani dalam lagu 271 T ini hanya bisa diganjar dengan dua kata, Keren dan luarbiasa.
Mereka mampu memadukan arransemen yang asyik dan mewakili perasaan bergejolak dari tak sedikit rakyat Indonesia atas kondisi carut-marut sosial-politik beberapa tahun terakhir ini di Indonesia. Kritik-kritik tajam didalam syair lagu ini saya yakin akan mampu menggugah siapapun yang mendengar lagu ini.
Kita punya harapan besar lewat lagu ini, dimana keresahan kita selaku rakyat kecil dan ketakmampuan kita bersuara ke penguasa itu bisa tersalurkan dan tersampaikan di sini.
Yang menarik adalah nuansa religi yang masih mampu diselipkan dalam lagu ini. Ini menjadi penegasan dari kedua musisi plus satu eks musisi sekaligus pendakwah kita, bahwa apapun bentuk aliran musiknya, dakwah serta kritik sosial demi kemaslahatan umat tetap tak boleh dilupakan. Dan di lagu 271 T ini menjadi representasi dari ketiga hal diatas, musik, dakwah dan kritik sosial.
“Lagu ini bisa menjadi sample ruang-ruang kritik bagi musisi-musisi lain di saat kondisi bangsa ini sedang membutuhkan masukan dalam bentuk suara tajam bernada kritik tajam”. Anshar Aminullah
Ini juga sekaligus menjadi penegasan bahwa musik tak selamanya haram, ini dikarenakan ruang berdakwah dan nuansa religi masih bisa diselipkan diantara dentuman bass, hentakan drum dan raung distorsi gitar. Namun pun demikian, semuanya kembali kepada pendapat masing-masing person. Sebab persoalan syariat dalam beribadah adalah urusan personalnya dengan Tuhan.
Terkhusus buat Cakrabarani sendiri, dalam perkenalan kami di beberapa tahun terakhir, kualitas musikal dari permainan gitarnya sangat mengalami perkembangan pesat. Visi bermusiknya mengalami lompatan yang luarbiasa. Ini mungkin dikarenakan efek dari keputusannya hijrah di ibukota, dan pada akhirnya lingkungan bermusik yang didapatinya bersama musisi-musisi besar tanah air, berhasil membentuk kulitas bermusiknya yang keren dan asyik. Semoga tetap terus berkarya bro Cakra, dan good luck untuk Gladiator Bandnya. Kami menantikan lagu-lagu terbaik selanjutnya.
Karya-karya selanjutnya tentu kita tetap tunggu dari ketiga saudara kita ini, sekaligus bisa menjadi sample ruang-ruang kritik bagi musisi-musisi lain di saat kondisi bangsa ini sedang membutuhkan masukan dalam bentuk suara tajam bernada kritik.
Sebahagian pendapat ini juga telah dimuat lebih awal melalui media :