Rewako Sulsel, Tak Segarang 10 Tahun Silam

5 minutes reading
Sunday, 20 Oct 2024 12:51 0 1278 Anshar Aminullah
 

Saat Konvensi Nasional Partai Demokrat pada 15 Juli 1960, disaat yang sama pula Jhon F Kennedy menerima nominasi sebagai capres di partai tersebut. Dia juga mempromosikan slogan “New Frontier”, sebagai representasi sekaligus cerminan dari segenap upayanya untuk mendorong kemajuan dalam ilmu, pengetahuan dan teknologi.

Termasuk di dalamnya ambisi negeri paman Sam, menginjakkan kakinya di bulan untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Slogan ini menjadi inspirasi besar bagi rakyat Amerika dan dunia, yang sanggup mendorong semangat tanggung jawab individu untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa.

Pesan ini juga memperkuat rasa kewarganegaraan yang aktif, serta menyerukan kepada rakyat Amerika Serikat untuk berpartisipasi dalam pelayanan publik, memperkuat inovasi, pendidikan, dan kemajuan di berbagai bidang. Termasuk dalam hal. Memperjuangkan hak-hak sipil, serta upaya keluar dari kemiskinan.

Slogan ini menginspirasi gerakan yang berfokus pada pembangunan dan modernisasi bangsa Amerika, serta meninggalkan warisan yang bertahan lama dalam sejarah negara tersebut.

Dalam cakupan wilayah yang sedikit dipersempit, penegasan secara berulang sebuah slogan pada memontum khusus, menjadi satu dari beberapa cara untuk menghadirkan kesinambungan budaya, sekaligus menjaga identitas dan nilai-nilai dalam masyarakat kita.

Di rentang 2008 hingga 2018, Sulawesi Selatan pernah menggema sebuah slogan yang mampu membawa dampak besar bagi mentalitas rakyat Sulsel, yang kemudian melahirkan sinergitas dalam upaya membangun daerah ini diberbagai bidang.

Slogan “Rewako” yang di populerkan oleh Syahrul Yasin Limpo saat masih menjabat Kepala Biro Humas Pemprov Sulsel lalu lebih di massifkan saat menjabat Bupati Gowa dan dilanjutkan dalam format yang lebih progress lagi saat menjabat Gubernur Sulawesi Selatan.

Sebuah kalimat sederhana yang memiliki spirit yang sama dengan “New Frontier” milik Jhon F Kennedy. Bahkan salah satu nilai plus yang dimilki dari Rewako ini adalah kedalaman makna filosofis berbalut kearifan lokal yang ada di dalam spiritnya.

 

Menjadi Memori Kolektif 

Bukan hal mudah menghadirkan sebuah slogan mengakar dan menjadi sebuah memori kolektif. Sebab ini tentang bagaimana menghadirkan kelompok sosial yang mampu konsisten mengingat dan menafsirkan peristiwa-peristiwa masa lalu.

Termasuk di dalamanya mengingat karya pemimpin yang ikonik dan merupakan bagian dari konstruksi yang mempengaruhi identitas dan solidaritas sosial.

 

“Rewako telah menjadi memori kolektif masyarakat Sulsel yang cukup terasa 10 tahun silam. Slogan “Rewako.” ini juga menjadi salah satu ciri khas seorang SYL yang sangat gampang diingat siapapun”. Anshar Aminullah

 

Melalui memori kolektif , masyarakat dapat menyatukan visi, nilai, dan sejarah bersama, yang membentuk dasar ikatan sosial dan budaya mereka.

Memori kolektif juga sering digunakan untuk membangun narasi yang mendukung kelanjutan tradisi, legitimasi kekuasaan, dan stabilitas sosial (Halbwachs, 1925)

Rewako telah menjadi memori kolektif masyarakat Sulsel yang cukup terasa 10 tahun silam. Slogan “Rewako.” ini juga menjadi salah satu ciri khas seorang SYL yang sangat gampang diingat siapapun.

Slogan ini sendiri asal muasalnya dari bahasa Makassar yang bermakna “berani” dan “tak gentar.”

Slogan “Rewako” acapkali digunakan SYL untuk memotivasi dan memacu spirit serta etos masyarakat Sulawesi Selatan agar menjadi pribadi yang lebih tangguh berani, tangguh serta tak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Kemampuan SYL dalam menanamkan nilai-nilai pada kalimat “Rewako” ini sangat tercermin dan begitu terasa utamanya pada semangat kerja keras serta optimisme yang selalu ditanamkan oleh SYL kepada warga Sulsel dalam membangun daerah khususnya perekonomian, infrastruktur serta kualitas hidup masyarakat dalam 10 tahun pemerintahannya.

 

Permakluman

Propinsi kita ini kita mempunyai kebanggaan dan kekhusyukannya dalam menjalankan nilai-nilai mulia dalam kehidupan berbudaya dan beradatnya, mulai dari kerendahan hati serta kebesaran jiwanya, termasuk memiliki watak yang terlihat keras dari luar namun sangat lembut di dalam.

Dan jika disimak sejenak, ini cukup terlihat pada respon yang tidak begitu wow, dan nyaris tak ada masyarakat kita yang menanggapinya berlebih, saat Pj Gubernur kala itu, Bahtiar Baharuddin mengungkapkan Sulsel defisit dan bangkrut 1,5 Triliun yang merupakan warisan pemegang kebijakan sebelumnya (detik.com).

 

 

Tak ada riak dan tak ada respon berlebih, mungkin karena dasar karakter mulia kita ini, sehingga selalu bisa memberi maaf dan permakluman atas segala keterbatasan.

Terkecuali ujian yang menimpa seorang SYL. Tak sedikit nitizen yang mencerca dan memaki, seolah tak ada kebaikan masa lalu yang pernah secara totalitas SYL persembahkan bagi kampung halamannya.

Dan jika ada yang bertanya, mengapa harus membela seorang terdakwa atas sebuah kasus yang menimpanya. Santai saja lah, SYL tak seburuk yang di gambarkan berbagai media kok.

Janganlah nila setitik merusak susu sebelanga. Karakter kita sebagai masyarakat Sulsel jauh dari itu. Beliau tetaplah salah satu mantan Gubernur terbaik di level Nasional milik orang Sulsel.

Kurangi mencerca, Tuhan dan para Malaikatnya saja yang masih baik pada kita selaku hamba dengan tidak mengungkap aib-aib yang selama ini mungkin kita sembunyikan dengan cara terlihat seperti tak pernah terjadi apa-apa, dan berbalut tampilan saleh dan salehah dihadapan khalayak ramai.

 

Warisan Epic

Slogan New Frontier dan Rewako menjadi kalimat penggugah yang luar biasa di dua daerah beda budaya dan berbeda dalam beberapa hal. Dan juga memang tidak apple to apple, jika kita mencoba membandingkan seorang Jhon F Kennedy dengan Syahrul Yasin Limpo.

Level grid kepemimpinan mereka memang cukup berjarak. Namun satu hal yang menjadi catatan penting kita adalah, bahwa mereka berdua sama-sama mampu membangkitkan sebuah spirit perubahan dalam jangka panjang pada wilayah yang mereka pimpin.

Rewako memang tak segarang 10 tahun silam. Namun slogan ini, telah mampu membuat rakyat Sulsel kala itu untuk tidak merendahkan hal-hal di luar batas pengalamannya.

Rewako menjadikan rakyatnya memiliki kecerdasan yang berhati-hati dalam kesadaran, bahwa yang sedang kita bangun hari ini bukan sekedar pembangunan semata, dan bukan pula sekedar sejarah dari sisi kemanusiaan dan kultural kita.

Tapi ini adalah sebuah penegasan ketangguhan mental rakyat Sulsel, yang jarang tertandingi oleh rakyat dari berbagai propinsi di belahan bumi ini.

 

Dirgahayu 355 Sulawesi Selatan

Rewako Sulsel!! 

Artikel ini telah tayang lebih awal di media :

https://makassar.tribunnews.com/2024/10/19/rewako-sulsel-tak-segarang-10-tahun-silam-refleksi-355-tahun-sulsel