Andi Amran Sulaiman

AAS, Inspirasi Kaum Muda Indonesia

Tanggal 27 April menjadi hari istimewa. Saat mencoba mengawali tulisan ini, sebuah narasi sederhana untuk publik figur yang berstatus tak pernah saya jumpai langsung. Beberapa tahun terakhir namanya sangat familiar…
Catat! Indah Perempuan Terhebat di Sulsel

Catat! Indah Perempuan Terhebat di Sulsel

Tak bisa dinafikan, teknologi baru sekarang ini memiliki efek ideologis yang cukup kontradiktif. Mereka memberikan kesempatan berupa alternatif, deregulasi, pelimpahan untuk debat dan diskusi, dan karena itu mereka memberikan kontribusi…
Menyanyi Oke, Marketing Tradisional Erik Dg Ngaya Juga Keren

Menyanyi Oke, Marketing Tradisional Erik Dg Ngaya Juga Keren

Sore itu antrian di sebuah gerobak penjual Bakso sedang berlangsung. Itu rutinitas sejak 10 tahun terakhir disekitar poros jalan tempat penjual ini berpindah pindah tempat. Para pengunjung bakso gerobak keliling ini sebagian merupakan penggemar setia selama bertahun tahun. Bahkan tak sedikit yang merupakan penggemar bakso ini sejak berusia TK hingga berstatus sebagai kepala rumah tangga.

Namanya Erik Daeng Ngaya. Pria berpostur tinggi besar dengan senyuman khas dan nada suara yang selalu terlihat saat melintas ataupun menyempatkan singgah menikmati bakso dengan ciri khas tekstur halus dan kasarnya di Makassar. Dia putra asli dari salah satu kabupaten di Sulsel bernama Takalar.

Dua puluh tahun sudah dia menggeluti usaha ini. Konon dia meninggalkan kampung halamannya oleh karena tak mau berpolemik dengan kakak kandungnya yang selalu ngotot mewarisi 70-an ekor ternak Kerbau milik orang tua mereka.

Berbekal tamatan terbaik SMU di Kabupaten itu dan sempat mewakili untuk melanjutkan sekolah di SMU andalan di Malino, dia akhirnya hanya berhasil menyelesaikan studi bangku sekolah dan harus mengurungkan niatnya melanjutkan kuliah disalah satu perguruan tinggi ternama tepatnya UGM yang telah berhasil dia taklukkan dalam tes ujian masuknya.

Kuatnya tekanan permintaan orang tuanya yang meminta menjaga hewan ternak tersebut membuatnya frustasi dan memilih jalan bertahan di Makassar sebagai penjual bakso keliling dari kompleks ke kompleks.

Setiap bulan pun dia selalu menyisihkan hampir sebahagian besar penghasilannya untuk dikirimkan ke kedua orang tuanya. Para pelanggannya pun tak main-main. Dari kalangan anak sekolah, anak putus sekolah, kelompok preman, kelompok anak jalanan, pengusaha dan pegawai kantoran. Bahkan puluhan doktor dan Guru Besar menjadi langganan tetapnya.

Erik daeng ngaya ini memang memiliki strategi marketing yang cukup bagus hingga membuat para pelanggangnya rela datang hingga dinihari hanya untuk menikmati jualan pria ramah dan bersuara unik ini. Kita mungkin jarang mendapati seseorang yang berjualan dengan pelayanan unik seperti pria satu ini.

Ada sebentuk keramahan dan nuansa persahabatan yang hangat selalu terasa disetiap berinteraksi dengannya. Dan itu tidak pernah membosankan.
Kemampuannya meladeni berkomunikasi dari berbagai segmen dan jenjang pendidikan membuatnya menjadi penjual bakso istimewa dihati para pelanggannya. Curhat soal studi, soal pekerjaan dan soal asmara pun akan selalu dia sempatkan untuk menjadi pendengar yang baik dan pemberi solusi yang baik.

Tak jarang para anak-anak putus sekolah yang hendak melakukan kejahatan bermodal busur itu mampu dia redam dengan nasehat-nasehatnya yang berbuah pada diurungkannya niatan anak-anak tersebut mrlakukan kejahatan. Dan pada akhirnya pola komunikasi ini yang justru menjadi cara tradisional sekaligus strategi marketingnya untuk tetap membuat para pelanggangnya nyaman untuk tetap datang tanpa peduli cuaca apapun ditempat berjualan yang terkesan sangat sederhana.

(Video Erick Dg Ngaya Menyanyi lagu Surat Cinta Untuk Starla)

Dari Berkualitas ke Bermartabat

Dari Berkualitas ke Bermartabat

Tim Seleksi KPU di beberapa Propinsi telah diumumkan beberapa hari lalu.
Banyak harapan dan ekspektasi besar rakyat Indonesia dari produk output bernama komisioner KPU Propinsi yang mereka hasilkan nantinya, sebab di tangan para penyelenggara inilah sesungguhnya masa depan demokrasi kita melalui pemilu dipertaruhkan.

Pemilihan Umum banyak memberikan pelajaran berharga agar menjadi lebih bijak.
Salah satunya, bahwa Pemilu 2019 lalu memang telah mengajarkan kita untuk sebisa mungkin menghindari persepsi sebuah keraguan total pada tahapan pemilu di 2024 nanti.

Kita harus memulai dengan prasangka positif akan sebuah orientasi yang gamblang menuju sebuah kondisi akhir, yakni demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Meskipun sangat sulit menghilangkan ingatan masa lalu kita terhadap beberapa catatan dalam peristiwa penting yang menghiasi Pemilu 2019 lalu.

Harus kita akui bahwa dia masih tersimpan hangat di memori kita, khususnya data yang diungkap ketua KPU RI periode sebelumnya, Arief Budiman, bahwa Total 894 petugas yang meninggal dan 5175 yang mengalami sakit (Kompas, 27/1/2020). Kali pertama dalam sejarah kepemiluan di Indonesia peristiwa seperti ini mendera.

Kontroversi boleh saja hadir dengan menyalahkan “kelelahan” sebagai tersangka utama kematian para penyelengara di 2019 lalu. Dan kita juga tidak boleh terjebak pada pemanipulasian kesadaran terhadap asumsi liar, bahwa ini adalah sebentuk tindakan ‘permainan’ oleh kelompok tertentu yang hendak memenangkan tujuan mereka.
Asumsi ini tentu cukup berbahaya bagi upaya kita dalam menghadirkan ruang demokrasi yang berkualitas.

Justru sebaiknya mungkin, bahwa peristiwa kelam ini mestinya menghadirkan ruang bagi penyelenggara pemilu, untuk mengembangkan kepandaian kreatif sebagai solusi bagi tindakan, serta upaya untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru yang akan terjadi pada pemilu 2024 nanti.

Pancasila, Berkah Langit Penuntun Keberagaman

Pancasila, Berkah Langit Penuntun Keberagaman

Salah satu anugerah Tuhan yang luar biasa dan tak terhingga manfaatnya bagi bangsa ini adalah Pancasila.
Dia bukan hanya hasil-hasil konseptual dari inovasi pemikiran yang selalu dikenang hingga hari ini.
Dan bukan pula hanya sebatas temporalitas subjektif dan citra pada jumlah helai bulu pada tubuh. Namun dia juga memberikan intrepretasi baru bagi konstitusi secara objek fisik dalam hukum negara ini pasca penjajahan Belanda.

Proses penulisan Pancasila dimasa lalu telah dirancang baik oleh para bapak pendiri bangsa agar tetap berjalinan erat dengan pembacaan makna kita dimasa sekarang dan tetap konsisten dalam implementasi nilai-nilainya dimasa yang akan datang.
Dengan mengamalkan setiap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, merupakan manifestasi rasa cinta tanpa syarat pada Tanah Air, dimana dalam setiap proses implementasinya menjadi energi yang dapat membangun bangsa dan negara ini menjadi lebih baik.