Tulisan Lama Yang Tak Penah Terpublish (In Memorian Niva Haeruddin)

Tulisan Lama Yang Tak Penah Terpublish (In Memorian Niva Haeruddin)

Tulisan ini sebenarnya adalah tulisan lama yang saya kirimkan ke Niva Haeruddin, mahasiswa saya di Program S1 Psikologi salah satu Perguruan Tinggi swasta di Makassar. Semasa hidup, dia pernah meminta dibuatkan tulisan untuk usaha baru yang dirintisnya. Tak butuh waktu lama untuk menuliskan dan saya pun mengirimkannya lewat Inbox Facebook.

Dan tulisan ini rupanya tak pernah terpublish hingga pagi ini saya tak sengaja membukanya tepat dihari ulang tahun almarhum. Dia berpulang kerahmatullah dua tahun lalu tepat di 26 September 2022 oleh sakit yang telah lama dia derita. HBD Pak Hae, Alfatihah Untukta di sana.

Epitaph Kesedihan dan Kerinduan Untuk Kayla

Epitaph Kesedihan dan Kerinduan Untuk Kayla

Dalam sebulan terakhir ini ada dua wanita yang terbilang lumayan intensitas hadirnya dalam dua kondisi emosional yang berbeda. Pertama, wajah ibu saya yang saat terbayang akan sesegera mungkin saya video call dengannya yang bermukim di kampung halaman. Wajah kedua yang hadir adalah wajah seorang wanita belia putri sahabat saya Novi. Gadis beranjak remaja yang memiliki senyum sangat manis. Kayla, Seorang perempuan ayu yang telah kehilangan kehidupannya secara total dan hanya menyisakan jejak sebuah batu nisan.

Meneguhkan Kembali Spirit Wawasan Kebangsaan

Meneguhkan Kembali Spirit Wawasan Kebangsaan

Bangsa Indonesia seperti yang kita lihat sekarang ini tidaklah lahir secara instant. Dia dibangun dari sebuah peradaban masa lalu, dan perjuangan meraih kemerdekaan dengan pengorbanan jiwa raga. Dia juga dibangun dari ide dan gagasan yang luarbiasa dari para bapak bangsa. Dan itu tidak boleh memudar begitu saja

Olehnya itu sangat penting bagi kita sebuah Wawasan kebangsaan atas bangsa kita ini. Wawasan ini menjadi pemahaman mendalam mengenai bagaimana identitas original kita, sejarah bangsa, budaya asli warisan moyang kita, dan nilai-nilai yang melekat dalam bangsa ini. Sehingga perlulah kita melibatkan kesadaran akan pentingnya persatuan, keragaman, dan tanggung jawab terhadap bagaimana pembangunan negara kita ini.

Hari ini tidak sedikit generasi muda kita sibuk dengan kesibukan mereka sendiri. Bersyukurlah jika mereka masih menghafal pancasila dan UUD 45 apalagi sampai mengamalkannya. Sebab pengaruh budaya dari luar telah membuat anak muda kita seperti kehilangan jati diri. Mereka justru bangsa saat melekatkan budaya luar sebagai identitas baru mereka.

Di generasi saya yang dibesarkan dengan mata pelajaran Pendidikan Moral pancasila disertai dengan kewajiban menghafal butir-butir pancasila. Kewajiban ikut penataran P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pemangamalan Pancasila) mrnjadi hal yang harus dilalui sebelum masuk di sekolah menengah pertama ataulun SMA di beberapa dekade terakhir tradisi itu serasa hilang dalam dunia pendidikan kita. Saya kuatir jangan sampai Pancasila dan segala hal yang berkenaan dengan sejarah bahwa ini hanya sampai sebatas bahan bacaan namun tak pernah mereka resapi nilai-nilainya.

Pengalaman di KNPI sendiri kami telah memaksimalkan setiap potensi dalam rangka merawat wawasan kebangsaan para kader kami. Dan menjadi kesyukuran sebab ratusan ribu kader yang tersebar di berbagai daerah di sulsel masih tetap setia dalam komitmen NKRI sebagai harga mati. Sebab kami yakin dan percaya hal ini akan menjadi salah satu penopang utama negeri ini akan tetap bisa dinikmati berbagai kekayaannya oleh anak cucu kita di masa mendatang.

Di tahun 2024 ini adalah tahun politik dimana pesta demokrasi bangsa kita akan berlangsung. Mestinya pesta ini menjadi tempat untuk menyatukan niatan kita semua dalam rangka memperbaiki negeri ini. Namun sepertinya ini menjadi hal sulit, sebab kita seolah disekat oleh kepentingan sesuai warna parpol usungan dan sesuai nomor urut capres dukungan.

Olehnya itu rawatlah selalu kecintaan kita terhadap Indonesia, wawasan kebangsaan kita harus tetap dijaga agar tetap mengakar dalam pikiran dan hati kita.

Wawancara Radio Venus : Fenomena Kekerasan Terhadap Perempuan pada kasus Leon Putra  Betharia Sonata

Wawancara Radio Venus : Fenomena Kekerasan Terhadap Perempuan pada kasus Leon Putra Betharia Sonata

Kasus Leon ini cukup menarik perhatian publik. Kurang lebih 35 tahun setelah sang ibu terkenal dengan cerita lewat lagu curahan hati yang luka karena kekerasan pasangan lewat hitsnya, rupanya sang anak yang kemudian menjadi pelaku dalam sebuah kisah nyata kekerasan terhadap sang pacar yang berujung pada proses hukum yang kemungkinan akan menyulitkan anak sulung Betharia Sonata – Wily Dozan ini.

Perkembangan mental generasi muda kita saat ini memang cenderung gampang mengalami gangguan. Pola konsumsi informasi di layar handphone sepertinya turut andil dalam permasalahan ini.
Pola pergaulan bebas yg mendapat ruang lebih dalam masyarakat kita akhir-akhir ini oleh karena istilah pacaran sudah tidak lagi menjadi hal tabu untuk disebut.

Bahkan tak jarang ada pasangan yang tidak malu-malu lagi bercerita aktivitas seks pra nikah mereka di media sosial. Meskipun kita punya indikator sederhana bagaimana dua orang yang menjalin kasih itu sudah cukup jauh dalam hubungan pacarannya, yah ketika dia sudah berani melakukan kekerasan fisik, apa haknya dia coba ke wanita itu sehingga berani melakukan kekerasan.

Duka Novi, Duka Kami

Duka Novi, Duka Kami

Kami memanggilnya Novi, tidak hanya kemampuannya menjadi rekan kerja terbaik, dan kesanggupannya menjadi teman dalam berbagai suasana. Namun dia juga sanggup menjadi sosok saudari yang siap membantu sepenuh hati seterbatas apapun kondisinya.

Perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dilewatinya nyaris seorang diri yang menempatkan dirinya sebagai wanita tangguh versi siapapun yang pernah berinteraksi dengannya. Berbagai rintangan hidup dan cobaan kehidupan yang cukup berat mampu dilaluinya dengan baik dan akan selalu bangkit seterputuk apapun dia, sebab dia adalah representasi ketangguhan seorang wanita.

Tujuh Desember 2023, ketangguhannya sebagai wanita runtuh sesaat dan nyaris tak menyisakan secuilpun ketegarannya.

Seorang gadis belia yang nyaris memiliki keseluruhan wajah dia, Kayla Alifiah Masse seorang perempuan muda berparas ayu dan cantik yang telah dia kandung 9 bulan sepuluh hari, dia besarkan dalam belaian kasih sayangnya hingga beranjak dewasa.

Kini, dia telah pergi untuk selamanya, membawa separuh jiwa bahkan nyaris seluruh ketegaran dia sebagai seorang wanita tangguh, karna maut ini telah menegaskan dia bahwa dirinya adalah seorang ibu yang tertimpa ujian berat ini.

Kesedihan dan duka ini tak hanya menjadi miliknya namun menjadi duka mendalam bagi setiap rekan, teman, sahabat yang selama ini telah dia warnai kehidupannya dengan setia motivasi melalui kata dan kehadirannya.

Kita memang tak akan punya kekuatan lebih kecuali ikut pasrah dengan duka ini dalam sikap sabar, dan penyerahan diri pada kalimat innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Sebab ini hanya persoalan waktu, kita hanya menunggu giliran untuk kembali saat Tuhan memanggil kita untuk pulang dalam pelukan kasih sayang dan keharibaanNya.

Duka Novi ini telah mengajarkan dan memberikan kita banyak hikmah. Kita hanya bisa mendoakan dan berharap duka mendalam Novi bisa pulih kembali walau itu sampai kapanpun tak akan pernah sepenuhnya. Karena Duka Novi sesungguhnya adalah juga Duka kami

Mati Lampu, Daster dan Kenaikan Angka Kelahiran Bayi

Mati Lampu, Daster dan Kenaikan Angka Kelahiran Bayi

Entah apa penyebab yang paling pas untuk menanggung caci maki dan gerutu rakyat kecil seperti kita atas pemadaman bergilir ini. Tiga jam yang kemudian meningkat menjadi enam jam sehari, yang pada akhirnya memaksa kita perlahan berdamai dengan gelap gulita yang membutakan mata tepat saat kita sedang ikhlas-ikhlasnya buang hajat di kamar kecil.

Kita juga seolah sedang dalam masa transisi dari jaman Pra Listrik ke Jaman serba saklar on-off. Kita mungkin belum memiliki cara yang pas untuk secepatnya keluar dari pemadaman bergilir ini. Satu-satunya cara adalah memelintirnya menjadi menyalakan listrik bergilir. Kita memang tak boleh menjustifikasi hal ini dikarenakan manajemen negara kita sendiri yang sedang berorientasi menjaga tradisi keluarga di lingkaran pengambil kebijakan. Sebetulnya secara tak langsung Ini juga krisis, dimana kita sama sekali tidak mampu menyembuhkannya oleh karena kita yang justru kadang terjebak merawat krisis jenis di atas.

Atau siapa tahu kita memang buta terhadap apa yang sebenarnya terjadi, tetapi merasa kitalah penyebabnya, kitalah yang mungkin malas bayar listrik sehingga PLN merugi dan Tuhan marah karena kita suka berutang pada PLN dan akhirnya Malaikat diperintahkan agar menahan hujan turun di musim yang seharusnya dia sudah mengguyur khususnya Sulsel, namun ternyata diarahkan jatuhnya ke JIS dan menggenangi lapangan di saat pertandingan Brazil melawan Argentina di World Cup U17 2023 . Siapa tahu khan. Namanya juga asumsi.

Pemadaman bergilir ini juga ikut memaksa rakyat kecil menanggung resiko kerusakan barang elektronik yang dibeli dari hasil mengumpulkan duit dari penghasilan yang kadang buat makan saja pas-pasan. Beralihnya siaran TV analog ke TV digital sebelumnya juga telah memaksa siapapun yang memakai TV jadul untuk membeli alat tambahan bernama setup box. Jika pada akhirnya TV mereka rusak dan setup box juga mengikuti jalan takdirnya, maka lengkaplah sudah ujian dari pemadaman bergilir ini.

Lain halnya dengan kawan saya di kampung sebelah. Mendadak di chat personal ke saya. Dia curhat tentang istrinya yang kakinya terkilir gara-gara pemadaman bergilir.
Tepat saat listrik padam mendekati lama waktu sekitar 5 jam. Putaran kipas angin mati plus hawa panas menyeruak di dalam rumah, teman saya tak bisa lagi keluar main domino, disebabkan tugas mendadak memutar secara manual kipas kertas guna mengipasi anak istrinya hingga lengannya juga nyaris ikut terkilir.
Saya hanya tersenyum sambil sesekali tertawa kecil. Saya hanya mengajak teman saya untuk merenungi nasib sambil ngopi bersama di salah satu sudut warkop dan membahas tema yang jauh dari persoalan mati lampu dan PLN yang katanya terus merugi. Kami memilih tema sedikit berbeda, pertama, tema tentang bagaimana peluang meningkatnya angka kelahiran bayi akibat pemadaman bergilir di sepuluh bulan kedepan. Tema kedua adalah bagaimana daster berpengaruh pada kaki terkilir dan jatuh bersamaan secara sengaja, dimana motif dasternya tidak berpengaruh lagi pada pandangan mata saat listrik mendadak padam.

Guru, Pahlawan Yang langganan dilaporkan

Guru, Pahlawan Yang langganan dilaporkan

Di hampir semua obrolan dan diskusi mulai dari warung kopi hingga ruang diskusi publik di Hotel, tema berbau pilpres selama beberapa pekan terakhir selalu menjadi pilihan topik yang menarik. Perpaduan antara tema-tema kekinian yang penuh cita-cita yang mementingkan penyelamatan areal kekuasaan dalam keluarga dibandingkan penyelamatan bangsa.

Kalaupun ada tema seputar ditetapkannya Ketua KPK FB sebagai tersangka, dia akan menjadi tema selingan saja, maklumlah, di tanah Sulsel FB ini termasuk orang yang cukup ramai disebut-sebut namanya terkait kasus yang menimpa mantan Mentan dan mantan Gubernur dua periode di Sulsel.

Saking serunya diskusi ini membuat kita nyaris lupa, bahwa hari ini para guru kita tengah merayakan Hari Guru Nasional.

Salah satu masalah bagi negara berkembang seperti Indonesia, bukan hanya masalah bahwa mereka masih minim Sumber Daya Manusia yang handal dengan kecakapan teknologi yang masih di dominasi status User dan followers, serta ketercerabutan dari akar budaya. Tetapi kita juga seolah sedang mengalami penghisapan oleh sistem kapitalis dan terbenanamkan oleh sistem sosialis.

Para guru di negeri ini menanggung beban tanggung jawab yang cukup besar. Mungkin akan sedikit ringan bagi para guru dengan status PNS, tapi bagaimana dengan rekan-rekan kita yang masih berstatus sebagai guru honorer, beratnya pasti lebih ekstra lagi.

Di lain sisi, kerapkali terjadi perbenturan antara bayangan kekerasan fisik dan phobia dilaporkan kepihak berwajib oleh orang tua siswa hanya karena emosi sesaat mereka pada person sang guru, pendidik yang dengan sabar telah mendidik, mendadak menjadi pesakitan di ruang pemeriksaan dan interogasi pihak berwajib. Hujan sehari menghapus panas setahun, nila setitik merusak susu sebelanga, demikianlah yang pada akhirnya menimpa sang guru yang terlapor.

Pun juga dalam beberapa kasus yang berbuntut penelusuran lebih mendalam oleh kejaksaan dan KPK. Faktanya, bahwa tak sedikit pejabat yang terkena apes akibat ulah anak-anaknya yang masih berstatus siswa yang kerapkali saat liburan di negara luar memamerkan kemewahan serta keindahan negara tersebut lewat postingan medsosnya. Mentalitas suka pamer dan bergaya seolah duit buat liburan itu adalah hasil kerja keras mereka.

Kita percaya kebiasaan itu bukanlah salah dari guru yang mendidik anak tersebut. Lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar dalam pergaulan di luar sekolah juga menjadi salah satu variabel utama yang bertanggung jawab akan tingkah hedonis tersebut.

Para guru-guru kita saat ini bisa jadi masih tetap memiliki impian untuk menciptakan suatu komunitas yang membawa implikasi revolusioner bagi tatanan dunia pendidikan kita di masa mendatang. Dimana dorongan yang luarbiasa ini dilahirkan oleh sebuah impian dalam situasi modern, bahwa pemimpin-pemimpin bangsa ini kelak adalah produk yang dihasilkan dari pendidikan berkualitas yang berjenjang dan dapat dipertanggung jawabkan.

Bukan hanya sekedar produk luar yang hanya memanfaatkan gengsi luar negerinya, meski kualitas otaknya hanya setara anak sekolah kelas sembilan namun melabeli diri setara anak S1 dari kampus yang numpang kerjasama dengan kampus terkenal di dunia.

Hingga detik ini, kita juga masih bersyukur oleh karena produk-produk keluaran dari para guru kebanggaan kita adalah SDM dengan kemewahan dalam bermimpi karena kesadaran mereka pada prinsip “rawatlah cita-citamu sebagai sebuah mimpi-mimpi besar dan percayalah, cepat atau lambat Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu itu”.

Kita selalu berharap di momentum hari guru ini dukungan moril terhadap para guru kita harus semakin ditingkatkan. Mereka harus tetap menjadi pelita bagi keberlangsungan cerahnya bangsa ini ditengah kegelapan tanpa listrik dari kebiasaan pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN.

Sebab bagaimanapun, guru tetap menjadi pahlawan tanpa tanda jasa yang kerap kali menjadi pahlawan yang dapat tanda bukti laporan kepolisian dari kekhilafan oknum yang belum kapok merasakan mengajar mandiri di rumah saat pandemi Covid melanda dunia, dimana wabah ini telah berhasil melahirkan ‘guru-guru’ dadakan yang makin sadar bagaimana beratnya tugas para guru kita di sekolah.

Dan guru juga telah menghadirkan kesadaran personal, bahwa tuntutlah Ilmu sampai di negeri Cina, namun tak usah berharap lebih dengan menunggu guru kembali dari Cina, sebab bisa jadi rasanya sudah berubah dan berbeda.

Selamat Hari Guru Nasional!

Artikel ini juga telah tayang di media :