Rasanya memang lama tak bersua dengan birokrat senior satu ini. Saya masih ingat bagaimana kebaikannya terhadap adik-adik mahasiswa membantu disposisi surat, agar orang nomor satu di Sulsel saat itu bisa hadir memberikan kuliah umum dan memotivasi ribuan Mahasiswa Baru pada acara inaugurasinya.
Dan hasilnya, Gubernur Sulsel pun akhirnya bisa hadir di kegiatan tersebut berkat bantuannya.
Tak banyak berubah dari pembawaannya. Senyum khas, keramahan dan sombereknya nyaris tak pernah hilang. Pernah Kadis, 2 kali menjadi Pj Bupati dan beberapa jabatan lainnya, namun ciri khasnya sebagai Kabag protokol terlihat lebih melekat dibenak banyak orang.
Mantan Rektor Universitas Negeri Makassar Prof. Dr. Arismunandar memvalidasinya dengan mengungkap kenangan bagaimana baiknya sosok ini saat ada agenda hendak bertemu Gubernur Sulsel 2008-2018.
Tanpa ragu Ketua ICMI Sulsel ini mengenang bantuannya, perihal nyaris tanpa persyaratan ini dan itu, dan segala macam ribetnya sistem administrasi persuratan yang harus dilewati. Semuanya menjadi mudah untuk berdiskusi langsung dengan SYL lewat disposisi surat yang disituasikan tingkat urgennya.
Di sebuah acara pekan ini, beberapa menit saat dia duduk berbincang dengan undangan dari Jakarta hari, saya memeluknya dari belakang, “kakak Kadisku”, sebait kata balasannya “andikku”.
Dan semua berubah menjadi semacam acara tali kasih di RCTI. Hampir 12 tahun baru sempat bersua, cukup lama, namun rupanya kami selalu terikat emosional secara tak langsung. Tulisan-tulisan saya di berbagai media rupanya selalu dia sempatkan untuk dia baca.
Pun saya yang selalu update dengan kesibukannya hampir di semua bagian yang telah didudukinya walau hanya sebatas berita, namun sudah cukup untuk memastikan bahwa beliau tidak pernah kehilangan momen untuk selalu hadir menjadi Aparatur Sipil Negara yang dekat dengan masyarakat.
Dari Balik Disposisi ke Tengah Derasnya Efisiensi
Kemampuannya mengkonversi menjadi humor ringan curhatan kondisinya pasca kebijakan pusat bernama efisiensi anggaran, membuat satu forum penuh gelak tawa. Kemampuannya untuk selalu berbagi sedikit rejeki saat ada proposal dari adik-adik aktivisnya, seolah menjadi sebuah hal wajib seberapa pun itu.
Namun pasca efisiensi konon dia harus lebih bisa mengatur amunisi yang keluar, sebab cukup ngos-ngosan juga beradaptasi dengan kebijakan baru ini.
Bentuk menghemat pelurunya adalah dengan memarkir mobilnya jauh-jauh saat masuk kantor, alasannya simpel, agar tak terdeteksi pada pengajuan proposal adik-adik mahasiswanya, dimana acapkali masih merasa bahwa kondisi ombak sedang baik-baik saja, padahal perahu sedang oleng karena efisiensi yang mau tak mau iramanya harus diikuti.
Namun pun demikian tetap saja dia selalu menyempatkan untuk membantu seberapa pun jumlahnya. Dia tetap ringan tangan, meskipun dompet mulai terasa ringan.
Itulah beliau, selalu mampu berdinamisasi, saat proposal datang bertubi-tubi, mobil dinas pun terpaksa diparkir walau sampai di ujung negeri.
Sepintas mungkin karena kebijakan pimpinan sehingga dia ditempatkan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Publik tahu bahwa tempat ini memang langganan aksi tanggap pada kondisi basah karena air banjir, namun secara anggaran jika tak dibijaki, maka seolah berada di gurung pasir sahara, semacam hujan jarang turun, langganannya lebih banyak musim kering dan lahan ikut kering.
Jadi bisa diprediksi bagaimana harus pintar-pintar dalam mengelola anggaran. Ibarat sebuah kisah, Kepala Badan yang tak pernah kehabisan senyum, dulu dekat di ruangan gubernur dalam sisi kenangan, di sisi realita sekarang lebih dekat ke genangan.
Jika di lihat dalam aspek lain, bisa jadi garis takdir sehingga Tuhan sedang menempat orang baik ini di BPBD, mungkin karena alam selalu bisa bersahabat dengan orang baik yang selalu bisa konsisten dalam menjalankan tugas negara.
Dan alam mungkin akan mengurangi level kemarahannya saat orang baik ini turun langsung terlibat dalam penanganan bencana di daerah. Semoga.
Banyak harapan untuk sosok humble ini. Dia masih tetap somberek walau anggaran seret. Banyak doa semoga tetap menjadi pribadi yang care dan tidak kehilangan senyuman bersahabat ciri khasnya.
Mungkin di masa lalu dia selalu memudahkan banyak orang untuk bertemu dengan orang nomor satu di Sulsel kala itu, semoga kedepan Tuhan membalasnya dengan memudahkan dia bertemu takdirnya menjadi orang nomor satu di daerah kelahirannya.
Andai semua birokrat seperti dia, mungkin bencana pun bisa tersenyum. Tetaplah menjadi sosok yang menginspirasi Kakak Kadisku, Amson Padolo!