Beberapa waktu lalu melalui sebuah media berbentuk leaflet, salah satu kawan saya mengirimkan informasi kegiatan bernama rapat koordinasi wilayah sekaligus dirangkaikan dengan kegiatan Ramadhan Leadership Camp, sebuah kegiatan bernuansa ilmiah yang disajikan dalam bentuk diskusi disuasana menanti buka puasa, tepat di hari Sabtu 23 Maret oleh Pemuda ICMI Sulsel.
Sebagai bahagian dalam perjalanan sejarah organisasi ini di rentang waktu kurang lebih 16 tahun, setidaknya secara pribadi mampu memahami kultur dan bangunan spirit kelembagaan Organisasi salah satu badan otonom (Batom) Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia ini. Nuansa akademik dan ilmiah memang sangat terasa di organisasi ini. Selain karena menjadi anak kandung ICMI, juga dikarenakan hampir sebahagian besar pengurus Pemuda ICMI Sulsel dihuni oleh akademisi-akademisi muda lulusan kampus-kampus ternama di Indonesia bahkan di luar negeri.
Menjadi tantangan tersendiri memang bagi nahkoda utama organisasi ini. Trio Andi Alfian Zainuddin, Nur Riswandy Marsuki dan Ita Lestari Anwar. Tiga orang kader terbaik sejak era Masika ICMI ini, mampu berakselarasi dengan kondisi zaman, khususnya pada perubahan di era transisi dari nama Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI menjadi Pemuda ICMI.
Kemampuan mempertahankan tata nilai kelembagaan yang makin maju, makin konsisten, khususnya dalam upaya pemeliharaan moral-etika lingkup eksternal dan konsistensi ilmiah-akademik secara internal memang menjadi pekerjaan rumah yang tak gampang bagi ketiga sahabat terbaik saya ini. Namun perlahan tapi pasti hal tersebut mampu mereka buktikan.
Jumlah program dan kegiatan memang tak bisa dijadikan sebagai acuan sekaligus perbandingan dengan periodesasi sebelumnya, sebab kedua ataupun tiga periode ini berada dalam kondisi kelembagaan yang sedikit berbeda.
Jika periode terdahulu di tangan Ardiansyah S Pawinru, Erwin Saputra dan Rosnaeni Daga, dimana sebelumnya di dahului oleh kepemimpinan di periode Muhammad Ashry Sallatu, Luhur A Prianto dan Dien Triana. Di kedua masa ini suasana ilmiah-akademik dalam rangka mempertegas eksistensi saat masih bernama Masika ICMI memang cukup terasa.
Muhammad Ashry Sallatu dan Ardiansyah S Pawinru cukup berhasil membawa nama Masika ICMI Sulsel sehingga mampu diperhitungkan konsistensi dan keberhasilannya hingga level Masika ICMI Nasional. Mereka mampu berakselarasi di situasi melankolia yang hanya menjadi gaya-gaya permasalahan populer yang muncul ke permukaan koran sejarah.
Segala gagasan penciptaan karya jurnal, ide tentang nilai, gagasan seputar paradoksi, ide penyelesaian konflik, ide di kondisi ironi dalam masyarakat, ide menghadapi fatamorgana di kehidupan fana melalui spirit keagamaan, di dua zaman kepemimpinan ini mampu mewujudkannya baik dalam internal organisasi juga di dalam masyarakat.
Kondisi di atas dan sedikit suasana berbeda di era transisi kelembagaan memang menjadi hal unik, dimana Andi Alfian Zainuddin bersama segenap pengurusnya telah memperlihatkan ikhtiarnya menjaga marwah organisasi di bulan suci ini melalui kegiatan Rapat Koordinasi Wilayah dan Ramadhan Leadership Camp.
Besar harapan pasca kegiatan ini, konsistensi Pemuda ICMI Sulsel di level nasional semakin kokoh. Harus diakui satu dekade terakhir, Orwil Sulawesi Selatan memang selalu menjadi rule model hampir di seluruh Pemuda ICMI di Indonesia, khususnya pada kemampuan menghadirkan program-program inovatif dan humanis khas para cendikiawan muda di lingkup ICMI.
Selamat Ber-Rakorwil dan Berdiskusi Di RLC 2024 ini. Sebab Pemuda ICMI selalu menjadi tempat yang asyik dan rumah kembali bagi setiap person yang pernah berdinamika di dalamnya.
Tulisan ini sebelumnya telah diterbitkan di media :
https://makassar.tribunnews.com/2024/03/23/rakorwil-pemuda-icmi-sulsel-ikhtiar-menyatukan-visi-di-bulan-suci