Pilkada Takalar Potensi Kotak Kosong: Krisis di Lumbung Pemimpin

4 minutes reading
Friday, 16 Aug 2024 03:11 0 1352 Anshar Aminullah
 

Dalam satu kesempatan, seorang jurnalis muda di salah satu media lokal mengajak saya untuk berdiskusi ringan bertemakan pilkada 2024 di Kabupaten Takalar, dan adanya peluang skenario kotak kosong yang hangat jadi perbincangan warga lintas warkop.

Jurnalis Muda :
Pendapat bapak soal kotak kosong dalam demokrasi? Apakah sehat? Implikasinya dalam hal legitimasi?

Saya :
Para calon Bupati dan Wabup ini adalah orang-orang terbaik di Takalar, masyarakat Takalar patut bangga dan bersyukur memiliki mereka. Saya rasa masih panjang proses dinamika politiknya, sehingga potensi kotak kosong masih premature jika diprediksi demikian. Namun Di era demokrasi yg semakin memberikan ruang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, kotak kosong adalah fenomena demokrasi kita di Indonesia.

Jika dia lahir murni dari kecenderungan sikap dan pilihan politik rakyat Takalar, maka saya rasa itu sah-sah saja. Namun jika itu lahir dari faktor lain misalkan saja menutup ruang secara sengaja bagi banyak kompetitor lain, ini yang menghambat proses pendewasaan dalam berdemokrasi di kabupaten yang dikenal juga dengan nama “Butta Panrannuanku” ini.

Jika kotak kosong, ini kurang sehat dalam demokrasi, selain menjadi kondisi kurang baik bagi tatanan demokrasi khususnya sosial kemasyarakatan di Takalar, dimana selama ini Takalar menjadi salah satu lumbung calon-calon pemimpin terbaik bukan hanya skop Sulsel, bahkan skop nasional pun Takalar selalu punya SDM terbaik.

Apatahlagi ini hanya level Bupati, tak elok jika ruang pemilihan ini tertutup bagi calon lain, masyarakat Takalar penting untuk menyadari bahwa memiliki beberapa pilihan calon Bupati akan tetap menegaskan ruang demokrasi yg dewasa masih tetap hadir di Kabupaten ini.

Legitimasi secara politik dan regulasi Pilkada tentu tetap sah jika kotak kosong terjadi.

Jurnalis Muda :
Faktor faktor apa yang menyebabkan munculnya kotak kosong?

Saya :
Banyak faktor sesungguhnya. Mulai dari tingkat ketertarikan parpol untuk memberikan tiket kepada calon yang melakukan komunikasi politik ke Internal mereka, dan cost politic di sela komunikasi itu sudah menjadi rahasia umum bahwa nominalnya kadang tidak main-main. Namun khan tetap juga ada parpol yang membuka lebar peluang dikendarai tanpa syarat mahar sepeser pun.

Faktor lainnya adalah ada desain tertentu yg memborong banyak partai sebagai kendaraannya, di Pilkada Takalar sebelumnya khan pernah tercatat dimana nyaris hampir semua partai diborong oleh salah satu paslon yg pada akhirnya justru dia menelan kekalahan tipis.

 

“Namun apapun itu, pilkada ini nantinya harus tetap menjunjung etika berpolitik yang tetap dihiasi kesantunan, tak ada janji-janji politik berujung kebohongan, tak ada jegal menjegal, begal membegal parpol, mengintimidasi dan paling utama tanpa money politik dan sejenis ‘ritual’ Serangan Fajar.” 

Anshar Aminullah

Jurnalis Muda : 
Untung rugi Paslon yg bertarung melawan kotak kosong?

Saya :
Dalam pengamatan saya secara tak langsung, dinamika politik di Takalar jelang Pilkada November nanti ini terlihat cukup santai tanpa dinamika yang tinggi. Ini dikarenakan mungkin karena para calon yang muncul ini adalah para tokoh yang cukup disukai karena kesantunan dan kedekatan mereka secara emosional dengan Masyarakat.

Melawan kotak kosong tetap saja ada plus minusnya. Plusnya yah menghemat cost politik bagi calon tunggal, juga gesekan antara massa pendukung tentu sangat minim sehingga situasi kondusif makin mudah hadir.

Minusnya terkhusus dalam pendekatan nilai-nilai sosial budaya, selain butuh waktu untuk menyatukan para pendukung calon-calon yang tidak sempat berkompetisi, juga minimnya rasa hormat dari pendukung berbeda oleh karena sensitifitas akibat kandasnya calon mereka, ini bisa melanda pemimpin yang terpilih dari kotak kosong di Kabupaten Takalar.

Ini merujuk pada karakteristik kultur yang pernah diuji pada momentum pilkades serentak beberapa waktu lalu.

Adanya indikasi calon yang dipaksakan maju dan terkesan dipaksakan gugur sebelum pemilihan, jejak digital aksi blokade jalan dan unjuk rasa penolakan hasil diberbagai wilayah di Takalar secara massif masih bisa kita tonton di internet hingga sekarang ini.

Jurnalis Muda :
Persepsi masyarakat pada pilkada lawan kotak kosong?

Saya :
Secara umum persepsi masyarakat tentu bervariasi, bagi pendukung calon tunggal mungkin ini menjadi penegasan dominasi tunggal kekuatan politik dukungannya. Dilain sisi, rasa takjub dari wilayah luar berupa apresiasi dan respon yang beragam.

Namun yang tak boleh dinafikan persepsi masyarakat kita, bahwa kotak kosong juga menjadi momentum buat menegaskan kalau daerah tersebut belum mampu melahirkan politisi handal yang mampu bersaing dalam pertarungan level Bupati, dan akan berpotensi melahirkan kekwatiran mereka bahwa daerah ini akan mengalami krisis calon leader dilevel eksekutif dalam beberapa tahun kedepan.

Namun apapun itu, pilkada ini nantinya harus tetap menjunjung etika berpolitik yang tetap dihiasi kesantunan, tak ada janji-janji politik berujung kebohongan, tak ada jegal menjegal, begal membegal parpol, mengintimidasi dan paling utama tanpa money politik dan sejenis ‘ritual’ Serangan Fajar.

Pernyataan yang bernada hampir sama juga telah dimuat lebih awal di media :

https://rakyatsulsel.fajar.co.id/2024/08/20/pilkada-takalar-2024-daeng-manye-hengki-resmi-berpaket-potensi-lawan-kolom-kosong/

https://beritakotamakassar.com/berita/2024/08/21/konstelasi-pilkada-berubah/

https://rakyatsulsel.fajar.co.id/2024/08/20/kejutan-di-pilkada-gowa-dan-takalar-kader-gerindra-dan-pkb-tersingkir-jadi-ban-serep/5/

https://politik.rakyat.news/read/104210/pilkada-takalar-potensi-kotak-kosong-krisis-di-lumbung-pemimpin