Selatan ‘Menghilang’ (Catatan di Pilgub Sulsel 2024)

6 minutes reading
Wednesday, 4 Sep 2024 06:43 0 1318 Anshar Aminullah
 

Di tahun 2016 dan 2020, Bernie Sanders secara beruntut tak mampu lolos menjadi salah satu calon presiden resmi dari partai Demokrat. Oleh karena pemilih yang cerdas dan kualitas berdemokrasi yang sangat baik, Bernie Sanders akhirnya kesulitan memperkuat daya tariknya ke basis pemilih Partai Demokrat.

Ditambah lagi dengan pendekatan Superdelegate dan aturan partai dalam sistem Partai Demokrat yang memiliki pengaruh yang signifikan, dimana mereka cenderung mendukung kandidat yang dianggap lebih bisa menang dalam pemilihan umum, yang pada akhirnya Hillary Clinton lalu kemudian Joe Biden yang kemudian terpilih untuk diusung.

Faktor lain, dimana Bernie Sanders tidak mendapatkan dukungan dari para elit partai dan pejabat di pemerintahan berkuasa di pusat pemerintahan yang membuatnya harus mengubur harapan untuk ikut berkontestasi di dua pilpres.

Pilpres Amerika Serikat dan Pilgub Sulsel memang ibarat langit dan bumi alias tidak apple to apple saat mencoba untuk membandingkan keduanya.

Namun yang menjadi poin penting adalah tiga faktor di atas, Kuatnya daya tarik calon di basis pemilih, peluang kuat untuk menang berupa elektabilitas dalam hasil survey resmi internal,

serta dukungan para elit partai dan elit pemerintahan yang membuatnya punya beberapa kemiripan dinamika dengan Pilgub di propinsi yang dua orang mantan Gubernurnya seperti terlupakan begitu saja jasa-jasanya di masa lalu.

 

Bukan Kenaifan Fenomenologis

Adalah Adnan Puritcha Ichsan. Sosok pemimpin muda energik dan kharismatik dengan segudang prestasi yang dia torehkan selama 10 tahun di Kabupaten Gowa. Figur ini mendadak hilang dari peredaran dan hingar bingar para bakal calon Gubernur Sulsel 2024-2029.

Daya tariknya yang tak diragukan lagi ke basis-basis pemilih khususnya di wilayah selatan, elektabilitas yang sangat bagus, hingga kesiapan maintenance biaya kampanye dan infra struktur tim komplit ada padanya.

Saya kenal baik dengan figur ini, meski gayung tak bersambut oleh karena Bupati muda penuh gagasan cemerlang ini mungkin tak mengenal rakyat kecil dari pelosok desa seperti saya.

Pun seandainya Tuhan mempertemukan kami dalam waktu dekat, mungkin saya akan lebih senang curhat bagaimana ibu saya yang sudah renta, harus membersihkan 5 kali sehari debu tebal di teras rumah kami, oleh karena aktivitas lalu lalang mobil truk tambang golongan C di kampung kami.

Berbekal pengalaman dua Periode Bupati di Kabupaten dengan Daftar Pemilih Tetap terbesar kedua di Sulawesi Selatan, juga tetap tak mampu membuat parpol secara sukarela menggaetnya untuk membangun demokrasi yang lebih dinamis di Pilkada 2024 ini. Meskipun kita mafhum bahwa tak ada yang gratisan di perhelatan akbar kedua setelah pileg dan pilpres tahun ini.

Publik dalam diamnya juga pasti tahu, apa yang menjadi penyebab tokoh muda yang telah menasional ini kehilangan kesempatan berkompetisi di 27 November nanti. Ini semacam fenomenologis dari kesadaran kesamaan momen yang terjadi pada Sanders dimana setali tiga uang juga dialami Adnan IYL.

Demikian juga dengan para calon berpengalaman mumpuni lainnya, mereka seolah tak mampu melewati beratnya masuk dalam ruang elit pusat yang jauh-jauh hari telah memiliki dan mempersiapkan dengan matang calon di lingkaran terdalam mereka sendiri.

 

Reinterpretasi Ulang

Tak salah dan itu fakta, ketika ada sejumlah alasan sosial ekstra-ilmiah yang menegaskan dominasi selatan-selatan selama 20 tahun terakhir yang sangat signifikan. Ini terlihat dengan kemampuan wilayah geo-politik ini melahirkan satu periode Wakil Gubernur, serta tiga kali keterpilihan Gubernur setelahnya.

Saat ini, apakah mungkin sudah saatnya penginterpretasian ulang geo-politik selatan-selatan? setelah dua dekade pasca reformasi selalu menjadi ‘ancaman’ tersendiri saat berhadapan dengan calon dari sektor Utara.

Absennya selatan-selatan di Pilgub 2024 ini, dalam pikiran sepintas kita, seolah ada pengaruh dari sebuah kecenderungan sistem yang dalam beberapa tahun terakhir yang terkesan dibangun di atas dominasi personal.

Disaat tindakan politik dikontrol oleh kekuasaan, lalu diregulasi lewat tatanan otoritas warna parpol dan warna lembaga tertentu. Kemudian endingnya berupa prinsip nilai kekuasaan politis, yang pengambilan keputusannya berada dalam standar koordinasi, pengawasan yang cukup melekat, hingga terkesan ada rasa-rasa pola “injak kaki”, agar yang berbeda pilihan tak banyak melakukan gerakan tambahan.

Jika gerakan tambahannya meningkat, meski sebatas berbentuk aktivitas sederhana, namun itu masih terlihat akan berpotensi mengganggu, maka fiks, tiket sebatas menjadi penonton di luar arena pemilihan resmi person bacalon akan didapatkannya jauh sebelum pertandingan dimulai.

Atau apakah mungkin ada semacam invisible hand yang hendak membuat sebuah legacy di tanah ini? Dan tangan tersembunyi ini seolah telah berhasil mengatur ritme dan alur politik sesuai dengan kehendaknya. Entahlah!

Meskipun ada hal yang kadang tak disadari, misalkan saja, ini justru akan berdampak hilangnya pilihan-pilihan alternatif kita pada figur-figur terbaik, yang bisa jadi mereka jauh lebih baik dan lebih menjanjikan bagi kesejahteraan rakyat.

Hilang figur-figur ini mungkin menguntungkan pihak-pihak tertentu, namun justru akan menjadi kerugian besar bagi Sulawesi Selatan sebagai lumbung calon pemimpin masa depan bangsa ini.

 

Video Highlight Selatan ‘Menghilang’  

 

 

Kerinduan Dinamika Elegan

Kita prihatin atas pupusnya kesempatan Ilham Arief Sirajuddin dan buyarnya peluang bertarung Taufan Pawe, mereka berdua tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi pemilihnya. Begitu pun tidak ikutnya berkontestasi Mayjend TNI (P) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, dan satu-satunya bakal calon perempuan, sosok srikandi modern milik Sulsel dari tanah Luwu dengan berbagai prestasi nasional yang diraihnya, Indah Putri Indriani.

Demikian juga dengan pejuang aspirasi dan suara rakyat dari tanah Wajo, Andi Iwan Darmawan Aras yang jejeran balihonya di berbagai sudut hingga saat ini masih tetap menghidupkan harapan besar masyarakat agar dia tetap maju dan mewujudkan ide-ide besarnya lima tahun di Sulsel.

Dan absennya figur energik dari selatan-selatan, Adnan Puritca Ichsan, yang hingga detik ini masih menyisakan tanda tanya besar serta buyarnya harapan besar masyarakat dengan tak majunya dia dalam kontestasi ini.

Namun pun demikian, nampaknya ketakhadirannya justru mampu memainkan komposisi harmonis dalam peluang politiknya. Situasi ini justru menghadirkan kerinduan bagi tak sedikit orang akan pertarungan yang elegan di Era SYL maupun di era IYL, dengan dinamika tinggi namun para pendukung setiap calon punya rasa memiliki yang kuat dan semangat memperjuangkan pilihan mereka dengan antusias.

Rakyat rindu situasi diimana sekuat apapun lawan dari SYL ataupun IYL mereka selalu membuka lebar-lebar peluang bertanding di dalam arena dengan tetap sama-sama bersaing berebut tiket partai dan berebut hati rakyat untuk dipilih.

Dan kerinduan pada sebuah legacy (warisan nilai), yakni bangunan Karakter pertarungan politik SYL dan IYL yang selalu merawat semangat orang Bugis-Makassar yang dianalogikan jika ada masalah maka diselesaikan dengan cara “Sitobok i Lalang Lipak” (pertarungan di dalam sarung), bukan dengan menggiring lawan berada di dalam sarung sendirian lalu lawan menikamnya dari belakang secara brutal di luar sarung.

Selatan tetaplah selatan. Wilayah ini mungkin absen mengirimkan perwakilannya di kontestasi kali ini. Tapi perlu dicatat, bahwa saat perhelatan Pilgub Sulsel 2024 ini selesai, mata publik akan tertuju dan terbagi pada dua arah.

Sebagian kecil akan mengarah ke arena tempat sang pemenang pilgub yang mungkin jauh hari sudah diketahui siapa yang akan memenangkannya, dan sebagian besar lainnya akan tetap tertuju dan fokus pandangannya pada figur alternatif diluar arena, yang gambar mereka tak sempat tercetak di kertas suara 27 November ini.

Sebab mereka adalah para tokoh yang akan selalu mencahayai peradaban Sulawesi Selatan.

 

Tulisan ini sebelumnya telah terbit di media :

https://makassar.tribunnews.com/2024/09/03/selatan-menghilang