Wafatnya Sultan Hasanuddin: Di Buku Sejarah Ada, di Hati Kita Entah Di Mana!

3 minutes reading
Thursday, 12 Jun 2025 00:19 0 1336 Anshar Aminullah
 

Di rentang tahun 1666–1669 M, ada salah satu peristiwa paling dramatis dan heroik dalam sejarah perlawanan nusantara. Sebuah perlawanan besar terhadap dominasi dan monopoli dagang Belanda (VOC) di wilayah timur Indonesia.

Keheroikan ini akan selalu diingat sejarah. Lelaki perkasa ini menolak menyerah, dikepung di dua arah, bahkan ketika pasokan logistik kian menipis dan pasukannya didera kelelahan. Ksatria ini lebih memilih berperang sampai kalah, daripada harus tunduk sebagai raja yang dikendalikan oleh Belanda.

Jangan tanyakan kepada Gen Z dan Gen Alpha sejarah ini di luar kepala mereka, mungkin tidak begitu penting dibanding keseharian mereka yang juga intens berperang, menolak menyerah walau dikepung dari berbagai arah, bahkan kekuatan mereka pun tersisa sedikit.

Kedua tipe lintas  generasi ini akan terus bertempur, sayangnya aksi berani mereka ini hanya sebatas di arena Mobile legend, Free Fire ataukah PUBG Mobile bernama game online.

Sebab jika itu pertempuran asli, sangat besar peluangnya, mereka adalah generasi yang paling duluan hilang dari medan tempur, minim nyali tak seperti yang ditanamkan dan di ajarkan pada para kakek buyut kita duhulu kala.

Lelaki sejati dari timur yang memimpin perang Makassar ini, hanya di ingat dengan baik saat memasuki Bandara di Sulsel, saat melintas depan kampus besar di Makassar, di jalan ibukota propinsi yang menggunakan namanya, juga saat melintas di depan markas Komando Daerah Militer XIV.

Namanya sangat diingat saat kita menggunakan Google Maps, tapi itu tidak berlaku di hati, tidak untuk semangat perjuangannya.

Sultan Hasanuddin, sosok pahlawan pada nama jalan, bandara, dan kantor, tapi mungkin bukan di kepala kita.

 

“Target signifikansi efek Napak Tilas ini diharapkan akan menstimuli kembali jiwa heroik Gen Z dan Gen Alpha, generasi yang paling berpotensi  kehilangan akar budaya dan warisan jiwa patriotisme dari Sultan Hasanuddin.”

Anshar Aminullah

 

Raibnya Spirit  Narasi Sejarah 

12 Juni hari ini, beliau wafat di tahun 1670 di usia 39 tahun, tepat 355 tahun silam.

Generasi sekarang ini seperti kehilangan narasi sejarah tentang pahlawan kebanggaan rakyat Sulsel ini, utamanya dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal dengan cara sederhana saja dari Pemprop ataukah Kabupaten/ Kota menyisihkan sedikit anggaran dan waktu luang untuk sebuah kegiatan sederhana semacam napak tilas perjuangan Ayam Jantan Dari Timur ini.

Target signifikansi efek diharapkan akan menstimuli kembali jiwa heroik Gen Z dan Gen Alpha, generasi yang paling berpotensi  kehilangan akar budaya dan warisan jiwa patriotisme dari Sultan Hasanuddin.

Ini memang hanya sebuah harapan sederhana. Namun jika itupun tak sanggup untuk diwujudkan, atau bahkan sebatas menabur bunga di makamnya saja kita tak sempat lakukan, yah.. mau diapa lagi, mungkin jaman sedang tak bersahabat untuk urusan rawat merawat spirit ini. Namun setidaknya, jangan menanam lupa di dalam pikiran kita akan perjuangan beliau di masa lalu.

Atau mungkin kita sudah mulai berdamai dengan masa lalu, oleh karena Timnas Sepak Bola kita telah dihuni oleh banyak pemain naturalisasi berdarah Belanda. Pun dengan pelatih dan para pembantu pelatihnya berasal dari negeri tempat lahir Laksamana Cornelis Speelman.

Abaikan, asumsi ini terasa cukup jauh dari fakta. Selain karena seluruh penjuru negeri sedang sayang-sayangnya sama seluruh pemain dan ex officionya, kita juga masih menyisakan rasa jengkel atas kekalahan telak Timnas Indonesia dari Jepang tanpa satu pun gol balasan.

Ataukah mungkin sudah saatnya Sulsel harus ikhlas menerima kenyataan, bahwa Sultan Hasanuddin telah wafat dua kali, pertama saat gencarnya melakukan upaya perlawanan terhadap VOC, dan yang kedua saat dia telah dilupakan dan mati dalam ingatan generasi kita sekarang ini??

Wallahu A’lam. 

Haul dan wafat 355 Tahun, I Mallombasi Daeng Mattawang Muhammad Bakir, Tumenanga ri Balla Pangkana, Ayam Jantan Dari Timur. 

Sultan Hasanuddin.